Papan Narasi – Penurunan penjualan properti di Balikpapan hingga 45 persen setelah perkembangan IKN dan perlambatan proyek RDMP menjadi perhatian besar bagi pelaku industri dan masyarakat. Kota yang sebelumnya diprediksi menjadi pusat pertumbuhan baru justru menghadapi tekanan pasar yang cukup signifikan. Investor dan calon pembeli kini lebih berhati-hati, menunggu kepastian arah pembangunan dua proyek besar tersebut sebelum mengambil keputusan. Kondisi ini membuat dinamika bisnis properti melambat, sementara pelaku usaha mulai mencari strategi baru agar tetap bertahan. Situasi ini menjadi gambaran nyata perubahan besar yang sedang terjadi di Balikpapan.
Dampak Kebijakan IKN Terhadap Pergerakan Pasar Properti Balikpapan
Perpindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur awalnya diprediksi menjadi pemicu meningkatnya permintaan properti di Balikpapan. Banyak pengembang optimis bahwa Balikpapan akan menjadi kota penunjang strategis dengan potensi pertumbuhan cepat. Namun fase pembangunan IKN yang berjalan bertahap justru memunculkan ketidakpastian baru. Investor yang sebelumnya agresif menahan pembelian sambil melihat arah perkembangan proyek inti. Situasi ini membuat aktivitas transaksi tidak bergerak sesuai ekspektasi awal.
Selain itu, fokus pemerintah yang kini lebih condong ke wilayah inti IKN Nusantara menyebabkan pergeseran minat konsumen dan pelaku industri. Banyak calon pembeli memilih menunggu perkembangan hunian di kawasan inti ketimbang mengambil unit di Balikpapan. Kondisi pasar yang penuh harapan di awal kini berubah menjadi periode hati-hati, sehingga penjualan properti anjlok hingga 45 persen.
Perlambatan Proyek RDMP Dan Efeknya Terhadap Daya Beli Lokal
Selain pengaruh IKN, penurunan permintaan properti di Balikpapan juga dipicu perlambatan proyek RDMP (Refinery Development Master Plan) Pertamina. Proyek ini sebelumnya membawa aliran tenaga kerja, aktivitas bisnis, serta pertumbuhan ekonomi baru bagi kota. Ketika progresnya melambat, dampaknya langsung terasa pada pelaku usaha lokal, terutama sektor hunian sewa, perumahan menengah, dan apartemen.
Daya beli masyarakat pun ikut melemah karena sebagian pekerja proyek tidak lagi menetap dalam jangka panjang. Padahal kelompok ini sebelumnya menjadi salah satu motor penggerak permintaan properti di kota tersebut. Ketidakpastian lanjutan mengenai percepatan RDMP membuat banyak konsumen memilih menahan investasi, baik untuk hunian maupun properti komersial. Hasilnya, pasar properti berada dalam tekanan selama beberapa kuartal terakhir.
Prospek Pemulihan Dan Strategi Pelaku Industri
Meski penurunan penjualan mencapai 45 persen, peluang pemulihan tetap terbuka jika sinergi antara pembangunan IKN dan penyelesaian RDMP bergerak lebih stabil. Para pengembang kini mulai menyesuaikan strategi dengan menawarkan produk yang lebih fleksibel, seperti skema pembayaran ringan, ukuran unit lebih compact, serta konsep hunian yang relevan bagi pekerja mobilitas tinggi yang mungkin akan beroperasi di kawasan IKN.
Di saat yang sama, pelaku industri melihat potensi besar untuk pasar jangka menengah. Jika aktivitas pemerintahan di IKN mulai berlangsung penuh dan RDMP kembali bergerak cepat, Balikpapan bisa kembali menjadi kota penopang utama dengan permintaan properti lebih kuat. Namun hingga fase ini tercapai, pasar diprediksi masih akan berjalan hati-hati dan perlu inovasi agar tetap menarik minat konsumen.